#24 Des ‘12
Perut sudah
minta jatah, tapi masih tetap kutahan, arem-arem 2 dan tahu sudah cukup jadi
sarapanku saat berangkat tadi pagi. Yang terpenting bagaimana agar aku cepat
sampai rumah. Tak berapa lama kemudian bus eknomi datang. Alhamdulillah aku
selamat J
perjalananpun berlanjut dari Losari ke Cirebon.
Terakhir kali
aku naik bus ekonomi adalah ketika aku akan mengambil no ujian masuk STAN di
sebuah kantor keuangan yang bertempat di Jakarta Selatan. Saat itu aku
berangkat pukul 1-an dini hari dari Cirebon dengan asumsi suhub sampai di jati
bening. Tapi kendala juga terjadi belum keluar dari Cirebon bus mogok dan
terpaksa dioper ke bus lain. Bus dengan tujuan merak kalo tidak salah. Dan kami
diturunkan di bekasi timur yang pada saat itu aku tak tahu sama sekali daerah
Jakarta.
Suasana kelas
‘ekonomi’ dengan kualitas tempat duduk dan suasana bus yang kurang nyaman. Aku
masuk dari depan dan kususuir satu-persatu, kursi hamper terisi penuh dan
kulihat bagian belakang masih kosong. Tapi pandanganku sempat berhenti
sepersekian detik pada seorang wanita, dengan kacamata hitam, jaket jeans, make up tebal, lipstick merona merah. Pemandangan yang tak lazim di bus sekelas
eknomi. Dia sendirian, tapi aku enggan duduk disebelahnya. Aku berpikir buruk
tentangnya dan mengira dia bukan wanita baik-baik, astaghfirullah, dan akhirnya
memilih kursi sebelum paling belakang.
Tak berapa lama
sekitar 5 menit bus berhenti, menaikkan seorang wanita. Berumur sekitar 35-40
tahun, dengan penampilan yang sama dengan wanita yang sempat mengalihkanku
tadi. Ternyata dugaanku tak salah. Mereka adalah wanita hidung belang, di
belakang ada kondektru dan bebera temannya saling menantang siapa yang berani
mendekatinya, saling dorong, saling mendorong teman agar maju, sebenarnya
mereka (kondektur dan beberapa temannya dengan wanita) itu sudah saling kenal,
dunia malam kawan.
Akhirnya satu
orang memberanikan diri dan mengajak mengobrol. Tak berapa lama ia kembali ke
belakang. dan satu orang lagi menuju ke bagian depan busa sambil meyakinkan
teman-temannya tidak apa-apa jika menggodanya sedikit. Saat ada disamping
wanita itu, sambil berjalan dia mengelus-elus pipi wanita itu sambil tersenyum,
dibarengi dengan gelak tawa teman-temannya dan diapun ke depan menemani supir.
Hati ini panas,
jiwa ini gelisah, mungkin bagi mereka itu hal yang biasa, tapi bagiku itu tak
biasa dan tindakan biadab. Tidak hanya laki-laki yang biadab, tetapi wanitanya
juga. Begitu mudah seorang wanita di sentuh, begitu mudah laki-laki menyentuh
wanita, apakah mereka tak berpikir anak dan istri di rumah? Entah jika
pemahaman agama mengenai hijab belum kuat, entah jika pemahaman mengenai
syariat belum mengenal mereka, tetapi apakah mereka berpikir mengenai keluarganya
dirumah? Mengenai kehormatan sebagai manusia? Ah, mungkin aku yang belum
mengenal mereka, teringat kembali lagu kupu-kupu malam oleh Titiek Puspa
Oh apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu Tuhan penyayang umatnya
Oh apa yang terjadi, terjadilah
Yang dia tahu hanyalah menyambung nyawa
Ssekitar 40
menit perjalanan Losari-Cirebon, dan akupun sampai di terminal harjamukti pukul
pukul 20.45 untuk naik angkot tujuan sumber aku harus menempuh sekitar 1-2 km,
mending naik angkutan dari terminal ke perempatan yang dilalui angkutan tujuan Sumber,
cukup dengan membayar 1-2rb dan aku naik angkot tujuan kota sumber dengan biaya
Rp. 2.500.
Dan akhirnya,
sampailah diriku ini di rumah tercinta pukul 22.00. hmmnn,,, 13 jam perjalanan.
Aku melepas rindu sekaligus kesal terhadap keluargaku karena telah
menyembunyikan semua yang terjadi selama 2 bulan ini, menemui ponakan kecilku
arif, melihat senyum kecilnya lagi, mendengar tawa riangnya kembali dan
mengingat segala memori yang tersimpan di rumah ini
Welcome to Cirebon,
welcome to Sumber,
Seberapapun buruknya
dirimu, rumah (keluarga) adalah tempat dimana akan menerimamu seburuk apapun
dirimu J
-untuk yang tak lelah berusaha memperbaiki diri-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar