oleh : wahyu nugroho
Seperti kata
pepatah “Buku adalah jendela dunia”. Dengan buku kita bisa mengenal dunia,
berpikiran luas memiliki banyak sudut pandang dan perspektif, dan juga sebagai
investasi masa depan. Buku adalah harta terpendam, tidak sama dengan harta
seperti perhiasan, rumah, uang dan lain sebagainya, karena buku adalah harta
tak terlihat. Harta itu ialah ilmu, yang seharusnya semakin banyak ilmu semakin
rendah hati pula orang itu. Tapi sayang banyak orang berilmu hanya untuk
menipu, menipu rakyatnya, menipu koleganya, menipu pimpinannya, menipu temannya
dan juga raykat menipu pemerintahannya.
Saat ini banyak
sarjana tak layak menyandang gelar sarjana, hanya karena selembar kertas itulah
ia disebut sarjana. Sarjana premature; begitulah sebutannya, seseorang yang
belum siap masuk ke ‘dunia’ sudah masuk kedunia itu. Gagap dan tak bisa
berkutik. Lalu apa hubungannya antara buku dan sarjana?
Banyak
mahasiswa tidak memahami dan menyerap ilmu selama jenjang S.1. Tak bisa
dipungkiri budaya copy-paste sudah
menjangkit mahasiswa saat ini. Tidak semua memang tapi banyak yang terjangkit
penyakit ini. Tidak lain ini adalah pengalaman penulis sendiri, jadi saya tidak
menuduh siapapun karena saya dan lingkungan saya, serta teman saya yang berbeda
universitasnya pun mengalami hal ini.
Ketiga ada
tugas untuk membuat makalah kalimat-kalimat berikut akan sering muncul, “ntar
juga kelar”, “paling semalem juga selesai”, “kan tinggal googling”, “sok rajin”,
“tumben baca buku”. Ya, kalimat-kalimat itu menjadi penghalang diri untuk maju,
sekali melangkah maju dipatahkan oleh perkataan teman sendiri “tumben baca buku”.
Sangat disayangkan sekali karena kita secara tidak langsung mendewakan
internet.
Alhasil informasi dan ilmu yang didapat parsial, tidak holistic karena hanya mengutip paragraph-paragraf yang didapat dari internet, tidak secara keseluruhan. Ketika menysusn bab II dan konsultasi dengan DPS dan beliau sangat detail dan tidak sembarang membimbing mahasiswanya, saya ditanya apa bedanya kajian teori dengan mozaik teori? Aku hanya terdiam. Saya hanya mencontoh penyusunan Bab II sesuai dengan skripsi-skripsi yang sudah ada sebelumnya (bukan copas isi tapi penyusunannya). Ternyata itu adalah mozaik teori, yang hanya mengutip pendapat-pendapat semata tanpa ada kajian, layaknya sebuah mozaik, teori yang saya gunakan hanya tempelan-tempelan semata. Saya benar-benar merasa belajar ketika menyelesaikan skripsi. Belajar dengan benar.
Berapa banyak
buku yang berhubungan dengan kuliah yang dimiliki mahasiswa?? Bisa dihitung
dengan jari. Budaya membaca dan menulis kita sangat jauh. Berbeda dengan jaman
sebelum internet dan notebook benda yang mudah dijumpai. Apakah harus
dikembalikan seperti jaman dulu, tugas-tugas harus tulis tangan? Meski copas
minimal mereka melihat, membaca, dan menulis, setidaknya penyerapan informasi
dan ilmu akan lebih besar persentasenya.
Kan sudah ada
perpus? Ngapain beli buku? Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya akan tanya
balik, apa yang sudah anda pelajari selama kuliah? Jika saya tanya tentang mata
kuliah di semester dua dulu masihkan ingat? Mungkin yang di ingat hanya nama mata
kuliahnya saja, lalu isinya yang satu semester dipelajari kemana? Ah itu kan Cuma
teori, di lapangan teori itu ga di pake. Benarkah seperti itu? mungkin saya
singgung di lain waktu. Tapi percayalah, teori itu sangat berguna dan tidak ada
ruginya mempelajari teori-teori tersebut.
Ini adalah
pengalamanku ketika memutuskan menempuh Pascasarjana. Aku harus mempelajari
semua dari awal, tentang teori-teori psikologi, tentang statistika, tentang
metode penelitian, tentang filsafat, dan tentang-tentang yang lainnya. Kini aku
tidak punya kesempatan untuk menghamburkan uang, selain untuk makan sisanya harus
beli buku. Buku referensi untuk kuliah jenjang S.2 ini tidak sedikit bahkan banyak
yang tidak ada di pasaran dan toko buku di jogja hahaa… meski sudah hampir dua
bulan belum setengahnya dari buku yang wajib saya miliki.. duh…
Jika anda masih
duduk kuliah jenjang S.1 belilah buku, mungkin saat ini anda tidak terlalu
membutuhkan, tapi suatu saat nanti buku itu berguna. Tanpa buku engkau tak bisa
melihat dunia ini. Buku adalah investasi hidupmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar