Kamis, 09 Oktober 2014

Buku dan Sarjana

oleh : wahyu nugroho

Seperti kata pepatah “Buku adalah jendela dunia”. Dengan buku kita bisa mengenal dunia, berpikiran luas memiliki banyak sudut pandang dan perspektif, dan juga sebagai investasi masa depan. Buku adalah harta terpendam, tidak sama dengan harta seperti perhiasan, rumah, uang dan lain sebagainya, karena buku adalah harta tak terlihat. Harta itu ialah ilmu, yang seharusnya semakin banyak ilmu semakin rendah hati pula orang itu. Tapi sayang banyak orang berilmu hanya untuk menipu, menipu rakyatnya, menipu koleganya, menipu pimpinannya, menipu temannya dan juga raykat menipu pemerintahannya.
Saat ini banyak sarjana tak layak menyandang gelar sarjana, hanya karena selembar kertas itulah ia disebut sarjana. Sarjana premature; begitulah sebutannya, seseorang yang belum siap masuk ke ‘dunia’ sudah masuk kedunia itu. Gagap dan tak bisa berkutik. Lalu apa hubungannya antara buku dan sarjana?
Banyak mahasiswa tidak memahami dan menyerap ilmu selama jenjang S.1. Tak bisa dipungkiri budaya copy-paste sudah menjangkit mahasiswa saat ini. Tidak semua memang tapi banyak yang terjangkit penyakit ini. Tidak lain ini adalah pengalaman penulis sendiri, jadi saya tidak menuduh siapapun karena saya dan lingkungan saya, serta teman saya yang berbeda universitasnya pun mengalami hal ini.
Ketiga ada tugas untuk membuat makalah kalimat-kalimat berikut akan sering muncul, “ntar juga kelar”, “paling semalem juga selesai”, “kan tinggal googling”, “sok rajin”, “tumben baca buku”. Ya, kalimat-kalimat itu menjadi penghalang diri untuk maju, sekali melangkah maju dipatahkan oleh perkataan teman sendiri “tumben baca buku”. Sangat disayangkan sekali karena kita secara tidak langsung mendewakan internet.

Alhasil informasi dan ilmu yang didapat parsial, tidak holistic karena hanya mengutip paragraph-paragraf yang didapat dari internet, tidak secara keseluruhan. Ketika menysusn bab II dan konsultasi dengan DPS dan beliau sangat detail dan tidak sembarang membimbing mahasiswanya, saya ditanya apa bedanya kajian teori dengan mozaik teori? Aku hanya terdiam. Saya hanya mencontoh penyusunan Bab II sesuai dengan skripsi-skripsi yang sudah ada sebelumnya (bukan copas isi tapi penyusunannya). Ternyata itu adalah mozaik teori, yang hanya mengutip pendapat-pendapat semata tanpa ada kajian, layaknya sebuah mozaik, teori yang saya gunakan hanya tempelan-tempelan semata. Saya benar-benar merasa belajar ketika menyelesaikan skripsi. Belajar dengan benar.
Berapa banyak buku yang berhubungan dengan kuliah yang dimiliki mahasiswa?? Bisa dihitung dengan jari. Budaya membaca dan menulis kita sangat jauh. Berbeda dengan jaman sebelum internet dan notebook benda yang mudah dijumpai. Apakah harus dikembalikan seperti jaman dulu, tugas-tugas harus tulis tangan? Meski copas minimal mereka melihat, membaca, dan menulis, setidaknya penyerapan informasi dan ilmu akan lebih besar persentasenya.
Kan sudah ada perpus? Ngapain beli buku? Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya akan tanya balik, apa yang sudah anda pelajari selama kuliah? Jika saya tanya tentang mata kuliah di semester dua dulu masihkan ingat? Mungkin yang di ingat hanya nama mata kuliahnya saja, lalu isinya yang satu semester dipelajari kemana? Ah itu kan Cuma teori, di lapangan teori itu ga di pake. Benarkah seperti itu? mungkin saya singgung di lain waktu. Tapi percayalah, teori itu sangat berguna dan tidak ada ruginya mempelajari teori-teori tersebut.
Ini adalah pengalamanku ketika memutuskan menempuh Pascasarjana. Aku harus mempelajari semua dari awal, tentang teori-teori psikologi, tentang statistika, tentang metode penelitian, tentang filsafat, dan tentang-tentang yang lainnya. Kini aku tidak punya kesempatan untuk menghamburkan uang, selain untuk makan sisanya harus beli buku. Buku referensi untuk kuliah jenjang S.2 ini tidak sedikit bahkan banyak yang tidak ada di pasaran dan toko buku di jogja hahaa… meski sudah hampir dua bulan belum setengahnya dari buku yang wajib saya miliki.. duh…

Jika anda masih duduk kuliah jenjang S.1 belilah buku, mungkin saat ini anda tidak terlalu membutuhkan, tapi suatu saat nanti buku itu berguna. Tanpa buku engkau tak bisa melihat dunia ini. Buku adalah investasi hidupmu.

Tidak ada komentar:

Joint With