Senin, 16 Mei 2011

Enam Planet dalam Satu Baris

Enam planet akan berada dalam satu baris dalam beberapa minggu mendatang. Pemandangan ini dapat dilihat pada dini hari jika langit cerah. Merkurius, Venus, Mars, dan Jupiter dapat dilihat dengan mata telanjang. Sementara Uranus dan Neptunus baru terlihat ketika teropong digunakan. Kesempatan ini juga dapat digunakan dengan peranti lunak planetarium seperti Stellarium.
Venus yang tampak paling terak dapat dipakai sebagai patokan untuk menemukan planet lain. Di antara Venus dan matahari, ada Jupiter, planet kedua yang tampak paling terang. Mars akan tampak sedikit di atas Jupiter, sementara Merkurius ada di antara Jupiter dan Venus. Uranus--harus dilihat dengan teropong--berada di kanan Venus. Neptunus berada lebih ke kanan. Bulan pada beberapa hari ke depan juga akan bergabung dalam barisan tersebut. Posisi enam planet dalam satu baris ini merupakan kesempatan fotografi yang jarang terjadi. Jadi, siapkan teropong, kamera, dan lensa panjang. (Sumber: Space.com)

Nostalgia Upacara

Oleh : Ardhyta - Pegiat Sahabat Pena
Percayakah? Upacara Senin, 2 Mei 2011 lalu dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional adalah upaca perdana bagi mahasiswa kampus Bantul. Informasi ini didapatkan dari ketua HIMA Kampus 3, saudara Alex Dwi Kurnia. “Upacara terakhir kali dilaksanakan di Kampus UPP II pada tahun 1998”, tandasnya. Itu berarti upacara yang dilaksanakan di Kampus UPP II baik upacara setiap Hari Senin maupun upacara peringatan hari-hari nasional sudah tidak pernah lagi diadakan sejak itu. Miris bukan?! Di kandang tonggak kejayaan bangsanya sendiri, jasa-jasa pahlawan tidak dihargai.
Mengapa upacara di kampus kita jarang dilaksanakan? Ada beberapa kemungkinan, pertama pelaksanaan upacara serentak dilaksanakan di Rektorat Karangmalang dari seluruh fakultas namun tidak mungkin seluruh mahasiswa hadir . Karena melihat situasi dan keadaan tempat yang tidak mungkin menampung seluruh mahasiswa UNY.

Kemungkinan kedua adalah kurangnya penghargaan mahasiswa sendiri terhadap peringatan Hari Besar Nasional. Paling tidak mahasiswa bisa berinisiatif untuk mengadakan upacara yang dikoordinir oleh mahasiswa sendiri dengan meminta beberapa dosen untuk mendampingi prosesi upacara tanpa perlu dikeluarkan surat tugas untuk diadakannya upacara di masing-masing wilayah dan fakultas.

Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat

Oleh Yudhistira ANM Massardi


KOMPAS.com - Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai, --katakanlah hingga dua dekade ke depan--, yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur. Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur.

Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun.

Dalam "kalimat lain", ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya. Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi?

Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai, fakta yang ada sekarang menunjukkan orientasi tersebut keliru. Dari sekitar 105 juta tenaga kerja yang sekarang bekerja, lebih dari 55 juta pegawai adalah lulusan SD! Pemilik diploma hanya sekitar 3 juta orang dan sarjana sekitar 5 juta orang. Jika sebagian besar lapangan kerja hanya tersedia untuk lulusan SD, lalu untuk apa anak-anak kita harus buang-buang waktu dan uang demi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?

Minggu, 15 Mei 2011

Manfaatkan Masa Kuliahmu

Oleh Wahyu Nugroho

Tak lihatkah jarum jam berputar, dan terus berputar. Lihatlah kawan sekali lagi, dengan cermat dan

hati-hati, lihatlah jarum jam, lihatlah jarum penanda menit dan lihatlah jarum yang menunjukan detik itu. Tak pernah berhenti berputar (kecuali kalo beterai habis he..he..) waktu akan terus berlalu.

Empat tahun kita akan berada disini menyandang gelar sebagai mahas

iswa. Menurut kawan-kawan, apakah 4 tahun itu waktu yang lama? Mngkin bagi sebagian orang itu waktu yang lama untuk mendapatkan selembar kertas, sehingga ketika kita tanda tangan maka di belakang nama terdapat rangkaian kata S.Pd. akan tetapi jika kawan sekalian disini, dikampus ini bertujuan untuk mencari ilmu, maaf saya katakan 4 tahun adalah waktu yang sangat singkat. Sangat-sangat singkat.

Ilmu itu sangat luas, benar-benar luas. Semakin kita mencari ilmu, semkain kita mendalami sesuatu, maka kita akan merasa semakin bodoh dan semakin banyak yang tidak kita tahu. Apakah kawan-kawan juga merasa demikian? Jika kawan sekalian tidak merasa, atau malah berpikir saya ini pintar, saya ini pandai dan sebagainya maka saya sampaikan pesan hati-hatilah dengan kesombongan.

Ilmu tidak hanya didapat di dalam kelas, ilmu tidak hanya didapat dari dosen dan guru, ilmupun tidak selalu diperoleh dari buku. Karena ilmu ada dimana-mana dan ilmu itu ada disekeliling kita. Di organisasi, baik itu di kampus maupun di lingkungan tempat tinggal, di lembaga-lembaga sosial, di dalam pergaulan, dan disetiap kejadian kita dapat mengambil ilmu (pelajaran) didalamnya.

Dalam organisasi misalnya, mereka bukanlah orang yang kurang kerjaan dan mencari-cari kesibukan, akan tetapi orang yang selalu ingin belajar. Belajar berorganisasi, belajar berkorban dan bekerjasama mengesampingkan ego yang ada, belajar berbagi dan bersosialisasi. Bersosialisasi? Ya, karena suatu saat nanti kita dituntut untuk bekerjasama dengan orang lain yang bahkan tidak kita senangi. Dalah hal sederhananya seperti ini, ketika di dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok dan orang itu tidak mau satu kelompok dengan Si B atau Si C, dia ingin satu kelompok dengan si D misalnya, maka dia salah satu ciri orang yang tidak bisa bekerjasama.

Empat tahun lamanya, akankah kita habiskan hanya untuk kuliah dan berdiam diri di kamar kos? Tidakkah tertarik untuk keluar dari zona kenyamanan bersama teman-teman yang lain?

Waktu tak pernah berhenti, siang dan malam silih berganti, akan terus begini dan seperti ini hingga di kubur nanti. Tak peduli walau engkau diam tak berbuat apa atau engkau bersusah payah bekerja.

Ketika kau lihat siang, maka malam kan menjelang. Ketika kau lihat rembulan maka pagi kan datang. Lalu apa yang telah kita lakukan, membiarkan waktu datang dan terbuang? Atau kita memanfaatkan dengan penuh kebermanfaatan? Semuanya ada dalam pilihan.

Sahabat Pena: Masa Muda Masa Berkarya

Sahabat Pena: Masa Muda Masa Berkarya

Pendidikan Indonesia Terlalu Manja

dfdf


Masa Muda Masa Berkarya

Kaum muda adalah penggerak bangsa. Tumpuan dan harapan Indonesia. Generasi yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Itulah impian kaum tua kepada kaum muda.

Banyak permasalahan yang ada, bukan untuk direnungkan, bukan pula sekedar untuk didiskusikan tapi di selesaikan. Banyak diskusi-diskusi yang ada hanya sebagai sebuah eksistensi kelompok dan juga sekedar meramaikan kampus belaka, namun kehilangan esensi diskusi. Ya, sebenarnya untuk apa kita semua duduk melingkar bersama teman-teman “seperjuangan”, untuk apa kita semua berdebat hingga larut malam? Untuk menyelesaikan permasalahan tentunya.

Retorika-retorika hanya akan jadi sampah. Silat lidah hanya menghabiskan tenaga tanpa mengurangi permasalahan yang ada, bahkan malah menambah masalah. Cukup sudah untaian kata dan kalimat seperti orang yang dimabuk cinta. Mahasiswa bukanlah pujangga.

Berbuat sesuatu yang dapat bermanfaat untuk bangsa dan negara adalah kebanggaan, lalu pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan? Lakukan apa yang kita bisa. Itu kunci utama, sebuah pemikiran hanya akan jadi angan-angan jika tidak dilaksanakan. Seperti orang yang bermimpi, semua akan hilang ketika bangun dipagi hari. Sekecil apapun bentuk usaha kita akan bermakna ketimbang orasi-orasi dipinggir jalan raya tanpa ada hasil nyata.

Setiap diri kita memiliki kemampuan yang berbeda, tak bisa disamakan dan memang kita beragam. Dengan latar belakang pendidikan yang penuh warna mari kita berbuat sesuatu untuk bangsa. Dengan spesifikasi di bidang masing-masing kita bergandeng tangan lakukan sesuatu semampu kita.

Sekarang sudah sadarkah pemuda indonesia akan perannya dalam membangun bangsa Indonesia? Banyak pula pemuda yang menghabiskan masa mudanya dengan sia-sia, mencari kesenangan semata, dan memenuhi hasrat jiwa dan raga dengan kehampaan dan generasi tua serta pendahulu kita akan kecewa.

Joint With