Membosankan,
itulah kesan kebanyakan orang dengan kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan
yang tidak digemari oleh kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan laporan Bank Dunia No.
16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of
Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-anak di
pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6);
Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5)
Sedangkan
dengan kegiatan membaca kita bisa melihat dunia, berbagai ilmu pengetahuan dan
informasi ada didalamnya. Permasalahan utama adalah bagaimana menanamkan minat
baca pada anak. Orang tua memiliki peran sangat besar pada masa awal
perkembangan minat baca pada anak, kini banyak orang tua yang sadar akan
pentingnya membaca maka dari itu orang tua menyuruh anaknya membaca buku
pelajaran dan buku-buku tebal lainnya. Maksud orang tua benar mengajarkan anak
untuk rajin membaca, namun ada hal yang terlupakan. Anak yang tidak biasa
membaca akan sulit mengubah kebiasaannya, terlebih buku yang langsung diberikan
merupakan bahan bacaan yang termasuk berat.
Menanamkan
minat baca sejak dini merupakan salah satu cara terbaik. Ada hal yang menarik
dari sikap orang tua terhadap bahan bacaan anaknya, ketika anak ingin membaca
komik orang tua melarang mereka. Orang tua menuntut anaknya hanya membaca buku
pelajaran. Apakah salah jika anak membaca komik?
Ada banyak
tuduhan-tuduhan miring yang ditujukan kepada komik. Orang tua masih menganggap
komik tidak memiliki dampak positif bagi
perkembangan anak dan bahkan cenderung negatif. Orang tua beranggapan komik
akan membuat anaknya menjadi malas, tidak semangat untuk belajar dan
membodohkan, jika nilai raport anak ada yang berwarna merah maka komik akan
dijadikan kambing hitam.
Saya menilai
justru komik memiliki peran yang positif bagi perkembangan awal minat baca
anak. Pada anak usia dini minat kepada membaca masih sangat kurang, diakarenakan
bahan bacaan hanya berupa teks tanpa disertai gambar animasi ataupun
warna-warna yang dapat menarik bagi anak-anak. Daya konsentrasi anakpun masih
belum optimal, sehingga sulit bagi anak untuk konsentrasi dalam membaca dan
mencerna isi di dalamnya.
Orang tua
sering mengalami kesulitan untuk memberikan penjelasan dan contoh kepada anak.
Anak usia dini sulit menangkap dan mencerna hal-hal yang bersifat abstrak
seperti karakter, rajin, gigih, pantang menyerah, pemberani, menolong sesama,
dan sebagainya. Hal ini dapat diatasi dengan pendampingan orang tua ketika membaca
komik terutama produksi jepang. Komik dari jepang sarat akan nilai-nilai
tersebut, seperti komik Doraemon misalnya, banyak mengajarkan arti usaha, harus
berusaha keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan tidak dengan cara
instan, serta komik-komik lainnya banyak mengandung hal-hal positif.
Akan lebih
bijaksana orang tua menjadikan komik sebagai motivator untuk membaca. Bukan
menjadikannya musuh. Jadikan komik sebagai rangsangan awal anak untuk gemar
membaca, setelah anak akrab dengan buku bacaan maka orang tua meningkatkan
bahan bacaan ke cerita anak, dongeng, cerpen dan seterusnya.
Saya tidak
menyarankan orang tua untuk menjadikan komik sebagai bacaan awal anak, karena
masih banyak cara yang lain dalam menanamkan minat baca anak, namun saya hanya
ingin meluruskan perspektif orang tua terhadap komik. Semua akan dikembalikan
kepada orang tua sejauh mana mereka mampu menuntun anaknya menjadikan buku
sebagai sahabat mereka.
Pendampingan
orang tua sangat perlu dilakukan. Ketidakterlibatan orang tua dalam aktivitas
membaca mengakibatkan minat membaca anak tetap rendah (Grolnick dkk, 1997)
orang tua bertugas mendampingi, menseleksi bahan bacaan dan menanamkan hikmah atau
pelajaran dari cerita tersebut. Yang terpenting ialah menumbuhkan rasa cinta
anak untuk membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar