Rabu, 26 Oktober 2011

Tidak Ada Yang Salah Dengan Komik


Membosankan, itulah kesan kebanyakan orang dengan kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan yang tidak digemari oleh kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-anak di pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5)
Sedangkan dengan kegiatan membaca kita bisa melihat dunia, berbagai ilmu pengetahuan dan informasi ada didalamnya. Permasalahan utama adalah bagaimana menanamkan minat baca pada anak. Orang tua memiliki peran sangat besar pada masa awal perkembangan minat baca pada anak, kini banyak orang tua yang sadar akan pentingnya membaca maka dari itu orang tua menyuruh anaknya membaca buku pelajaran dan buku-buku tebal lainnya. Maksud orang tua benar mengajarkan anak untuk rajin membaca, namun ada hal yang terlupakan. Anak yang tidak biasa membaca akan sulit mengubah kebiasaannya, terlebih buku yang langsung diberikan merupakan bahan bacaan yang termasuk berat.
Menanamkan minat baca sejak dini merupakan salah satu cara terbaik. Ada hal yang menarik dari sikap orang tua terhadap bahan bacaan anaknya, ketika anak ingin membaca komik orang tua melarang mereka. Orang tua menuntut anaknya hanya membaca buku pelajaran. Apakah salah jika anak membaca komik?
Ada banyak tuduhan-tuduhan miring yang ditujukan kepada komik. Orang tua masih menganggap komik tidak memiliki dampak positif  bagi perkembangan anak dan bahkan cenderung negatif. Orang tua beranggapan komik akan membuat anaknya menjadi malas, tidak semangat untuk belajar dan membodohkan, jika nilai raport anak ada yang berwarna merah maka komik akan dijadikan kambing hitam.
Saya menilai justru komik memiliki peran yang positif bagi perkembangan awal minat baca anak. Pada anak usia dini minat kepada membaca masih sangat kurang, diakarenakan bahan bacaan hanya berupa teks tanpa disertai gambar animasi ataupun warna-warna yang dapat menarik bagi anak-anak. Daya konsentrasi anakpun masih belum optimal, sehingga sulit bagi anak untuk konsentrasi dalam membaca dan mencerna isi di dalamnya.
Orang tua sering mengalami kesulitan untuk memberikan penjelasan dan contoh kepada anak. Anak usia dini sulit menangkap dan mencerna hal-hal yang bersifat abstrak seperti karakter, rajin, gigih, pantang menyerah, pemberani, menolong sesama, dan sebagainya. Hal ini dapat diatasi dengan pendampingan orang tua ketika membaca komik terutama produksi jepang. Komik dari jepang sarat akan nilai-nilai tersebut, seperti komik Doraemon misalnya, banyak mengajarkan arti usaha, harus berusaha keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan tidak dengan cara instan, serta komik-komik lainnya banyak mengandung hal-hal positif.
Akan lebih bijaksana orang tua menjadikan komik sebagai motivator untuk membaca. Bukan menjadikannya musuh. Jadikan komik sebagai rangsangan awal anak untuk gemar membaca, setelah anak akrab dengan buku bacaan maka orang tua meningkatkan bahan bacaan ke cerita anak, dongeng, cerpen dan seterusnya.
Saya tidak menyarankan orang tua untuk menjadikan komik sebagai bacaan awal anak, karena masih banyak cara yang lain dalam menanamkan minat baca anak, namun saya hanya ingin meluruskan perspektif orang tua terhadap komik. Semua akan dikembalikan kepada orang tua sejauh mana mereka mampu menuntun anaknya menjadikan buku sebagai sahabat mereka.
Pendampingan orang tua sangat perlu dilakukan. Ketidakterlibatan orang tua dalam aktivitas membaca mengakibatkan minat membaca anak tetap rendah (Grolnick dkk, 1997) orang tua bertugas mendampingi, menseleksi bahan bacaan dan menanamkan hikmah atau pelajaran dari cerita tersebut. Yang terpenting ialah menumbuhkan rasa cinta anak untuk membaca.

Tidak ada komentar:

Joint With