Rabu, 26 Oktober 2011

Catatan Harian Wilayah


Malam siang berlalu,
Gerhana kesayuan tiada berkesudahan
Detik masa berlalu,
Tiada berhenti oh syahdunya..
Ingatkah kawan akan syair itu? Penggalan syair yang disenandungkan oleh Nasyid Brother memiliki makna yang dalam. Dalam syair itu melukiskan hari-hari terus berganti, waktu terus melaju dan hidup terus berjalan, tidak pernah berhenti hingga jiwa terpisah dengan jasadnya.
Lalu muncul sebuah pertanyaan mengusik hati kami, akankah terus begini dan seperti ini? membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada manfaat dan ilmu yang meningkat? Tentu tidak, bagi orang-orang yang berpikir ia akan memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari ilmu. Ilmu? Bukankah selama kita kuliah kita mendapat ilmu? Ya, memang kita mendapat ilmu, akan tetapi ilmu yang ini berbeda. Ilmu yang tidak didapat dari mata kuliah yang ada. Ilmu yang hanya diajarkan oleh pengalaman kehidupan.
Permasalahannya adalah kami di UPP2 atau kampus 3 UNY–begitu kami menyebutnya- lebih senang dengan nama kampus 3 ketimbang UPP2. Entah mana yang benar, apakah UPP2 atau Kampus 3? tak perlu diperdebatkan lebih lanjut yang jelas kami berada di wilayah, jauh dari kampus pusat dan lebih senang menyebut dengan kampus 3. Sedangkan segala kegiatan dan agenda selalu diadakan dipusat tentu mempersulit teman-teman disini untuk mendapatkan pengalaman dan ilmu yang lebih. Akses informasi yang tidak lancar bahkan lebih sering tak tersampaikan, jarak yang memisahkan dan menyulitkan kami dalam mobilitas sehingga sangat menyita waktu dan tenaga.
Keadaan yang jauh dari pusat mengakibatkan teman-teman kesulitan dalam menggapai ilmu. Waktu akan tersita banyak jika tetap mengandalkan agenda di pusat semata, oleh karena itu kami menyibukkan diri untuk memperbaiki diri dengan berbagai agenda disini.
Kesibukan dimulai pada selasa sore, ada agenda Madrasah Thulabiyah bersama Ustadz Sigit Nursyam. Pembelajaran tentang aqidah yang dibawakan Ustadz sangat menarik dan memberikan kami pengertian dan pemahaman lebih mengenai aqidah.
Hari rabu ada kajian yang rutin diselenggarakan di Pendopo Kampus 3 tiap minggunya. Setiap rabu sore diadakan kajian dan yang membuat kajian ini lebih ramai adalah teman-teman mahasiswa banyak yang mengikutinya. Ya, tidak hanya pengurus KMIP saja namun mahasiswa non penguruspun tidak canggung untuk duduk bersama dalam majelis ilmu ini. kritikan dan masukkan teman-teman semua menjadi masukkan yang berharga dalam kemajuan majelis ini.
Kini hari berganti kamis, teman-teman masih semangat dalam mencari ilmu. Karena di Kampus 3 hanya ada 2 Program Studi yakni PG-PAUD dan PGSD yang mayoritas adalah kaum hawa maka diadakan kajian khusus untuk kaum hawa, pokoknya SPECIAL buat akhwat (ga pake telur ya... he...). Agenda kamis ada kajian kemuslimahan yang diadakan tiap bulan. Kajian khusus akhwat ini mendapat tempat di hati mahasiswa kampus 3 dan peserta yang hadir cukup antusias.
Kamis sore ada forum Sahabat Pena, forum ini diadakan kepada teman-teman yang berminat di bidang kepenulisan, baik itu cerpen, puisi, essay maupun opini tidak menjadi persoalan, yang jelas bagi yang minat menulis disinilah tempatnya. Dengan didampingi Mbak Wahtini atau biasa dipanggil Mbak Tin teman-teman yang tergabung dalam Sahabat Pena menjadi semakin bersemangat untuk menulis.
Hari jumat, bagi sebagian besar mahasiswa kampus 3 tidak ada jadwal kuliah, hanya sebagian kecil saja. Namun semangat untuk beramal dan mencari ilmu belum juga surut. Jumat pagi teman-teman sibuk membersihkan mushola, teman-teman tergabung dalam Remaja Mushola Darul Fatih senantiasa berkumpul untuk membenahi Mushola kampus 3 tercinta.
Mushola adalah milik bersama, milik semua orang Islam, tidak hanya milik KMIP (Keluarga Muslim Ilmu Pendidikan) semata. Spirit inilah yang akhirnya diwujudkan dalam pembentukan Remaja Mushola (ReMush). Pengurus Mushola Darul Fatih ini tidak hanya teman-teman yang di KMIP saja tetapi yang bukan pengurus KMIP-pun sangat diharapkan bergabung.
Agus Purwanto, mahasiswa PGSD 2010 menjadi ketua ReMush Darul Fatih. Agus yang non pengurus KMIP diharapkan dapat mewakili seluruh mahasiswa muslim ilmu pendidikan di kampus 3.
Begitulah kegiatan setiap teman-teman di Kampus 3 dalam mengisi hari-harinya. Semangat mencari ilmu, berbagi dan saling memberi inilah yang menjadikan kami kuat.
Sejenak kuterkenang
Hakekat perjuangan
Penuh onak dan cabaran
Bersama teman-teman
Harungi kehidupan oh indahnya
Wahyu Nugroho PGSD FIP 2009

Tidak Ada Yang Salah Dengan Komik


Membosankan, itulah kesan kebanyakan orang dengan kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan yang tidak digemari oleh kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-anak di pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5)
Sedangkan dengan kegiatan membaca kita bisa melihat dunia, berbagai ilmu pengetahuan dan informasi ada didalamnya. Permasalahan utama adalah bagaimana menanamkan minat baca pada anak. Orang tua memiliki peran sangat besar pada masa awal perkembangan minat baca pada anak, kini banyak orang tua yang sadar akan pentingnya membaca maka dari itu orang tua menyuruh anaknya membaca buku pelajaran dan buku-buku tebal lainnya. Maksud orang tua benar mengajarkan anak untuk rajin membaca, namun ada hal yang terlupakan. Anak yang tidak biasa membaca akan sulit mengubah kebiasaannya, terlebih buku yang langsung diberikan merupakan bahan bacaan yang termasuk berat.
Menanamkan minat baca sejak dini merupakan salah satu cara terbaik. Ada hal yang menarik dari sikap orang tua terhadap bahan bacaan anaknya, ketika anak ingin membaca komik orang tua melarang mereka. Orang tua menuntut anaknya hanya membaca buku pelajaran. Apakah salah jika anak membaca komik?
Ada banyak tuduhan-tuduhan miring yang ditujukan kepada komik. Orang tua masih menganggap komik tidak memiliki dampak positif  bagi perkembangan anak dan bahkan cenderung negatif. Orang tua beranggapan komik akan membuat anaknya menjadi malas, tidak semangat untuk belajar dan membodohkan, jika nilai raport anak ada yang berwarna merah maka komik akan dijadikan kambing hitam.
Saya menilai justru komik memiliki peran yang positif bagi perkembangan awal minat baca anak. Pada anak usia dini minat kepada membaca masih sangat kurang, diakarenakan bahan bacaan hanya berupa teks tanpa disertai gambar animasi ataupun warna-warna yang dapat menarik bagi anak-anak. Daya konsentrasi anakpun masih belum optimal, sehingga sulit bagi anak untuk konsentrasi dalam membaca dan mencerna isi di dalamnya.
Orang tua sering mengalami kesulitan untuk memberikan penjelasan dan contoh kepada anak. Anak usia dini sulit menangkap dan mencerna hal-hal yang bersifat abstrak seperti karakter, rajin, gigih, pantang menyerah, pemberani, menolong sesama, dan sebagainya. Hal ini dapat diatasi dengan pendampingan orang tua ketika membaca komik terutama produksi jepang. Komik dari jepang sarat akan nilai-nilai tersebut, seperti komik Doraemon misalnya, banyak mengajarkan arti usaha, harus berusaha keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan tidak dengan cara instan, serta komik-komik lainnya banyak mengandung hal-hal positif.
Akan lebih bijaksana orang tua menjadikan komik sebagai motivator untuk membaca. Bukan menjadikannya musuh. Jadikan komik sebagai rangsangan awal anak untuk gemar membaca, setelah anak akrab dengan buku bacaan maka orang tua meningkatkan bahan bacaan ke cerita anak, dongeng, cerpen dan seterusnya.
Saya tidak menyarankan orang tua untuk menjadikan komik sebagai bacaan awal anak, karena masih banyak cara yang lain dalam menanamkan minat baca anak, namun saya hanya ingin meluruskan perspektif orang tua terhadap komik. Semua akan dikembalikan kepada orang tua sejauh mana mereka mampu menuntun anaknya menjadikan buku sebagai sahabat mereka.
Pendampingan orang tua sangat perlu dilakukan. Ketidakterlibatan orang tua dalam aktivitas membaca mengakibatkan minat membaca anak tetap rendah (Grolnick dkk, 1997) orang tua bertugas mendampingi, menseleksi bahan bacaan dan menanamkan hikmah atau pelajaran dari cerita tersebut. Yang terpenting ialah menumbuhkan rasa cinta anak untuk membaca.

Joint With