Rabu, 08 Oktober 2008

Anggaran Amerika Defisit 438 Dolar

Defisit Anggaran AS Jadi 438 Miliar Dolar



Washington, (ANTARA News) - Defisit anggaran pemerintah AS menggelembung pada tahun fiskal 2008 menjadi 438 miliar dolar AS atau 3,1 persen dari produk domestik bruto (PDB), ketika penurunan ekonomi mulai terasa, Kantor Anggaran Kongres (CBO) mengatakan, Selasa.

Perkiraan tersebut dibandingkan dengan kekurangan 162 miliar dolar AS yang mencerminkan 1,2 persen dari PDB pada tahun fiskal 2007, kata CBO, yang memonitor belanja federal atas nama Senat dan DPR, demikian diwartakan AFP.

"Itu sekitar 31 miliar dolar AS lebih tinggi dibanding defisit 407 miliar dolar AS yang diproyeksikan pada musim panas ini, terutama diakibatkan oleh penerimaan yang lebih rendah dari yang proyeksikan dan belanja yang lebih tinggi dari yang diperkirakan untuk pertahanan dan jaminan simpanan," katanya.

Dalam Kajian Anggaran Bulanan, CBO mengatakan pajak pendapatan perusahaan turun sekitar 65 miliar dolar AS selama tahun fiskal 2008, yang berakhir pada 30 September, sebagai refleksi dari "kelemahan dalam penerimaan perusahaan sepanjang tahun fiskal tersebut".

Sementara belanja pertahanan melonjak sebesar 11 persen, lompatan tertinggi sejak 2004, sementara Federal Deposit Insurance Corporation membayar 23 miliar dolar AS untuk menutup simpanan yang dijaminkan di lembaga keuangan yang ambruk.

Pada Juli, mitra CBO di Gedung Putih, Kantor Manajemen dan Anggaran, mengatakan defisit anggaran itu akan melonjak hingga rekor 482 miliar dolar AS, kebanyakan karena stimulus ekonomi darurat dan perekonomian yang melambat.

Ramalan itu mengindikasikan bahwa presiden AS ke depan, yang akan menjabat pada Januari menyusul pemilihan pada 4 November, akan mewarisi sejumlah keputusan belanja yang tegas mulai hari pertama di Gedung Putih.(

Perdagangan Saham DIhentikan

BEI Baru Pertama Kali Suspen Perdagangan, Akibat Anjloknya Indeks



Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) baru pertama kali melakukan penghentian sementara (suspen) terkait penurunan indeks yang tajam.

"Ini baru pertama kali dilakukan oleh otoritas bursa terkait anjloknya indeks. Dulu pernah, tetapi akibat soal teknis," kata pelaku pasar dari PT Recapital Securities, Poltak Hotradero, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Poltak mengkritik otoritas bursa yang tidak memberitahu atau mensosialisasi aturan suspen akibat anjloknya bursa ini.

"Bursa tidak memberitahu sebelumnya, sehingga membuat para pelaku pasar yang akan melakukan eksekusi tidak bisa, sehingga banyak yang merasa kecewa," katanya.

Dia juga menyadari bahwa kondisi global yang memaksa otoritas melakukan ini, namun perlu adanya pemberitahuan dulu.

"Seharusnya bursa memberitahu berapa poin penurunan, sehingga investor siap. Kemarin saja turun 10 persen juga tidak disuspen, tapi hari ini langsung disuspen. Tapi ini yang pertama kali mungkin bisa dimaklumi, tetapi jika hal ini terulang lagi akan menurunkan kredibilitas bursa," jelasnya.

Poltak juga mengakui bahwa aturan tentang suspen tersebut pernah dibahas, namun kurang sosialisasi. "Dulu pernah dibahas, namun kurang disosialisasikan sehingga banyak yang tidak tahu," ungkapnya.

Pelaku pasar ini berharap otoritas bursa bisa menentukan besarnya suspen yang diterapkan, sehingga ada "alert" (peringatan) kepada pelaku pasar.

Dengan adanya suspen ini, para pialang di BEI masih menunggu kepastian, apakah suspen ini berjalan sementara atau sepanjang perdagangan Rabu ini.

"Mereka masih menunggu dan duduk santai sambil menunggu kepastian apakah suspen sementara atau sepanjang hari," kata Adi, karyawan dari salah satu perusahaan di Gedung BEI.

Sementara itu, pengamat pasar modal Edwin Sinaga mengatakan, kebijakan manajemen BEI menghentikan perdagangan itu merupakan langkah yang tepat untuk menjaga kepentingan yang lebih besar terutama terhadap pasar modal maupun industri reksadana.

Hal ini juga untuk menjaga dana asing yang ditempatkan di pasar Indonesia tidak semakin besar keluarnya, katanya.

"Indeks yang turun tajam itu terutama diakibatkan krisis keuangan global, sehingga mendorong manajemen BEI segera menghentikan perdagangan saham demi menjaga indeks tak turun lebih jauh," kata Edwin. (*)

Joint With